Jumat, 01 April 2022

KULTUR SEKOLAH

Nama : Faisyah octaviana

 Nim : 12001310

 Kelas : Pai 4H 

Mata Kuliah : Magang 1

kultur sekolah adalah suatu  yang di temukan oleh suatu kelompok pada  saat ia belajar untuk mengatasi masalah-masalah yang berhasil baik serta dianggap valid dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang dianggap benar dalam memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut.

Kultur sekolah merupakan karakter atau pandangan hidup yang merefleksikan keyakinan, nilai, norma, simbol dan kebiasaan yang telah dibentuk dan disepakati bersama oleh warga sekolah. Kultur sekolah bersifat bottom-up, bahwa asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan dibangun atas kesadaran dan kehendak dari warga sekolah sehingga merupakan suatu kesepakatan bersama yang diyakini sebagai instrument dan pendorong  semangat untuk mencapai yang terbaik terhadap efektifitas pengelolaan sekolah sehingga diharapkan semakin kondusif kultur sekolah maka makin berkembang atau efektiflah peningkatan mutu sekolah yang telah dibentuk dan disepakati bersama oleh warga sekolah.

Sasaran peningkatan mutu pendidikan dipandang tidak cukup hanya pada aspek proses pembelajaran, kepemimpinan dan manajemen, kendatipun ketiga aspek tersebut pada dasarnya memberikan kotribusi yang sangat signifikan terhadap mutu sekolah. Namun satu aspek yang tidak dapat diabaikan sebagai penentu keberhasilan penyelanggaraan proses pendidikan di sekolah adalah kultur sekolah. Kultur sekolah yang baik diharapkan akan berhasil meningkatkan mutu pendidikan yang tidak hanya memiliki nilai akademik namun sekaligus bernilai afektif. 

Kultur sekolah ada yang bersifat postitif, negatif, dan netral. Kultur yang bersifat positif adalah kultur yang mendukung peningkatan mutu pendidikan, seperti menjalin networking dalam mencapai prestasi akademik dan non akademik, adanya subsidi silang antar sekolah, memberi penghargaan terhadap yang berprestasi, komitmen dalam belajar, saling percaya antar warga sekolah, dan sebagainya. Kultur yang bersifat negatif adalah kultur yang menghambat peningkatan mutu pendidikan, seperti banyak jam pelajaran yang kosong, siswa takut berbuat salah, siswa takut bertanya/mengemukakan pendapat, kompetisi yang tidak sehat di antara para siswa, perkelahian antar siswa atau antar sekolah dan sebagainya. Sedangkan kultur yang bersifat netral adalah kultur yang tidak mendukung peningkatan mutu pendidikan, seperti arisan keluarga sekolah, seragam guru dan karyawan, dan sebagainya.

Pengembangan kultur sekolah harus menjadi prioritas penting. Semua warga sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kultur sekolah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu. Sekolah yang berhasil membangun dan memberikan kultur yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi baik akademik maunpun non akademik. Artinya, dalam memperbaiki mutu sekolah tanpa adanya kultur sekolah yang positif maka perbaikan itu tidak akan tercapai, sehingga kultur sekolah harus menjadi komitmen luas bagi warga dan menjadi kepribadian sekolah, serta didukung oleh stakeholder sekolah. Dengan kultur sekolah yang positif dan mewaspadai adanya kultur negatif, maka suasana kebersamaan, kolaborasi, semangat untuk maju dan berkembang, dorongan bekerja keras dan kultur belajar mengajar yang bermutu akan dapat diciptakan.

Jadi, kultur sekolah merupakan kreasi bersama yang dapat dipelajari dan teruji dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi sekolah dalam mencetak lulusan yang cerdas, terampil, mandiri dan bernurani.

Kultur Sekolah merupakan budaya sekolah yang dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekolah baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif sebagaimana karakteristik kultur tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Moerdiyanto yang menyatakan bahwa “Kultur sekolah terdiri dari kultur positif dan kultur negatif. Kultur positif adalah budaya yang membantu mutu sekolah dan mutu kehidupan bagi warganya” Dalam pengertian mutu sekolah dan mutu kehidupan dapat dimaksudkan sebagai mutu yang berhubungan dengan kehidupan yang bernilai moralitas dan agamis masyarakat sekolah. Aktifitas siswa dalam kesehariannya tidak akan lepas dari keterlibatan kultur sekolah pada proses bersikap, berbuat dan memandang bahkan berfikirnya. Mutu kehidupan siswa yang diharapkan adalah siswa yang memiliki prilaku baik dalam sudut pandang etika dan agama. Kultur positif ini akan memberi peluang sekolah beserta warganya untuk membentuk dan maningkatkan kemampuan dan kecerdasan spiritual siswa.

Kultur positif dan kuat memiliki kekuatan dan menjadi modal dalam melakukan pendidikan yang memperhatikan dimensi kecerdasan spiritual siswa dan perbaikan kondisi-kondisi agar dapat lebih kondusif terhadap tumbuh dan berkembangnya kecerdasan tersebut. Sedangkan kultur negatif adalah budaya yang bersifat anarkis, negatif, beracun, bias, dan dominatif. Sekolah yang hanya melihat dan menargetkan hasil pendidikan yang berupa kemampuan intelegensi dan mengabaikan dimensi spiritaual siswa merupakan bagian dari kultur negatif, karena mereka cenderung tidak melakukan upaya yang mengarah kepada terbentuk dan berkembangnya kecerdasan spiritual siswa. Kultur sekolah bersifat dinamis. Perubahan pola perilaku dapat mengubah sistem nilai dan keyakinan pelaku dan bahkan mengubah sistem asumsi yang ada, walaupun ini sangat sulit. Namun yang jelas dinamika kultur sekolah dapat saja menghadirkan konflik dan jika ini ditangani dengan bijak dan sehat dapat membawa perubahan positif. Dan kultur sekolah itu milik kolektif dan merupakan perjalanan sejarah sekolah, produk dari berbagai kekuatan yang masuk ke sekolah. Sekolah perlu menyadari secara serius mengenai keberadaan aneka kultur subordinasi yang ada seperti kultur sehat dan tidak sehat, kultur kuat dan lemah, kultur positif dan negatif, kultur kacau dan stabil, dan konsekuensinya terhadap perbaikan sekolah.

Kultur sekolah beroperasi secara tidak disadari oleh para pendukungnya dan telah lama diwariskan secara turun temurun. Kultur mengatur perilaku dan hubungan internal serta eksternal. Hal ini perlu dipahami dan digunakan dalam mengembangkan kultur sekolah. Nilai-nilai baru yang diinginkan tidak akan segera dapat beroperasi bila berhadapan/berbenturan dengan nilai-nilai lama yang telah berurat berakar akan dapat menghambat introduksi perilaku baru yang diinginkan. 

Berbagai usaha meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah, seperti pendidikan dan pelatihan guru, pengadaan sarana dan prasarana, peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Konsep kultur di dunia pendidikan merupakan situasi yang akan memberikan landasan dan arah untuk berlangsungnya suatu proses pembelajaran yangefektif dan efisien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILABUS

Nama : Faisyah octaviana  Nim : 12001310  Kelas : Pai 4H  Makul : Magang 1 Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau...